Sabtu, 07 Juli 2012

<div style="text-align: center; position: fixed; top: 0px; right: 0px;"><center>
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=466607436685060&set=a.100986183247189.2277.100000074228945&type=1&theater
</center></div>

Kamis, 05 Juli 2012

ceritaku dan dia


Mili n' Nata
 









By
Jimmy Pranata, Amd. Kep













KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr. wb
ALHAMDULILLAH, segala puji bagi Allah swt yang telah membimbing penulis hingga kini, mulai dari sebelum lahir sampai menjadi seorang perawat dan bisa menulis cerita tentang Mili n’ Nata di mana penulis mengisahkan sendiri cerita nyatanya dengan kekasihnya.
Cerita Novel ini yang berjudul Mili n’ Nata penulis persembahkan khusus untuk kekasih tercinta SERIUS MILIANI DWI PUTRI, di mana mengisahkan mulai dari awal mereka bertemu sampai menjadi seorang kekasih.
Penulis berharap cerita ini bisa menjadikan inspirasi bagi semua orang. Terima kasih untuk kekasih ku “ Mili “.
Wasalamualaikum, wr. wb
                                                Penulis,
                                               
                                               Jimmy Pranata, Amd. Kep





In SMAGA
SMAGA kata yang utama dan pasti pertama.  Di sana kedua insan dipertemukan oleh sang pencipta alam yaitu ALLAH swt. Pertama kali memandang, menyapa, bercakap, dan senyum pun ada silih berganti bermunculan. SMAGA tempat mereka berdua menimba ilmu. SMAGA juga yang pertama memberi kesempatan kepada Mili dan Nata bertemu untuk suatu ajang olimpiade yang menimbulkan ada benih-benih cinta yang muncul di hati Mili kepada Nata.
                Thank to SMAGA karena berkat diberikan kesempaan untuk bertemu, akhirnya mereka kini menjadi sepasang kekasih. Cinta yang telah dijalani semenjak 31 Mei 2011 adalah bukti yang tidak akan dilupakan untuk SMAGA. Banyak guru – guru dan teman – teman yang awalnya tidak percaya dan terkejut mendengar Mili dan Nata telah jadian, karena Mili di SMAGA terkenal anak kutu buku dan jarang sekali mengulas tentang pacar dengan teman – temannya. Dia memang tidak menunjukkan rasa cintanya kepada seseorang. Sampai – sampai pas saat teman – temannya tahu kalau dia sudah jadian dan terpampang di facebook dengan status MENIKAH.
                SMAGA pun menjadi gempar, gara – gara anak yang dikenal sebagai kutu buku dan pendiam yang dibilang tidak bisa pacaran sama temen – temennya itu sangat berkebalikan. Ternyata dia bisa menjalin hubungan dengan seorang cowok yang bernama Nata. Yang mana dia adalah juga seorang alumni SMAGA yang pas di atas angkatan Mili yaitu tamatan tahun 2011.
                Tidak juga SMAGA, teman – teman Nata pun banyak yang terkejut karena Nata bisa menjalin hubungan dengan anak yang berprestasi, rajin beribadah, baik, dan pendiam yaitu Mili.  This is real, mereka menganggap hubungan Mili dan Nata tidak serius dan main – main karena sungguh terlalu mengejutkan di telinga mereka kedengarannya.
                MENIKAH adalah status pertama Nata dan Mili di facebook, tapi karena terlalu menggemparkan dan banyak teman – teman baik Mili dan Nata juga adek kelas. Maka, status yang bermula MENIKAH diganti berpacaran.
                Mungkin Mili belum mengetahui cerita ini, sebelumnya Nata disukai cewek. Dia adalah adek kelas yang berinisial N dan dia sama juga lahir di bulan November. Dia sering ngejar – ngejar Nata tapi Nata tidak mau merespon, karena Nata tahu dia bukan orang yang tepat untuk dijadikan pacarnya. Dia sampai meminta tolong kepada temennya berinisial D. Si D pun menolong sahabatnya itu.
                Bermula di facebook, Si D pun berkenalan dengan Nata dengan ramahnya. Nata pun merespon. Si D ngobrol dengan Nata waktu itu dan membicarakan tentang temannya Si N. Tapi Nata pun tidak merespon juga. Dia hanya menyangkal dengan kata – kata halus dan sopan yang bertujuan agar tidak menyakiti perasaan temannya dan dirinya. Akan tetapi Si N terus mengejar- ngejar Nata dan hasilnya tetap Nata tidak ingin menjadikan Si N sebagai pacarnya.
                Di samping itu Mili yang awalnya dia sering mengirim tentang info – info biologi  kepada Nata berubah menjadi kata – kata yang romantis dan indah. Nata pun merasa berbeda dengan perasaannya. Dia bertanya – tanya, “Apa benar dia suka dengan ku???”. Mili pun semakin lama tambah melihatkan petunjuknya kalau dia suka Nata. Nata pun terus menulusuri titik demi titik. Sempat curhat juga Nata ke adek kelasnya inisial E, namun dia tidak menyebutkan nama Mili saat itu dan hanya menyebut Kakak kelas. Si E hanya mengetahui kalau Nata sedang bingung harus milih siapa antara Si N atau kakak kelasnya (Mili). Si E menyarankan untuk memilih Si N, tapi dalam hati Nata mengatakan TIDAK dan dia memili Mili.
                Nata pun merasa pas kepada pilihannya, Mili. Tanggal 31 Mei 2011 pun puncak dari Nata untuk menyelidiki Mili. Nata juga menoreh pertanyaan – pertanyaan untuk tambah meyakinkan Mili sebagai pilihannya. Pas di saat hampir pergantian bulan Nata mengungkapkan cintanya kepada Mili.











He know her for 1st
            Bermula di ajang kompetisi  bahasa Jerman (puisi) Nata dipertemukan dengan seorang cwek yang bernama Mili. Dia sangat mengagumi gaya, mimik dan intonasi suara yang dibawakan saat latihan dulu.  “Salmaiyala – Salmaiyalu...” adalah bunyi yang keluar di bibir mungilnya saat membacakan sebuah puisi dan menggerakkan tangannya yang memerankan seakan – akan dia sedang mencari seseorang dengan berteriak. It’ s amazing , hampir sempurna. Dari situlah Nata yang baru pertama kali latihan tergugah dan tidak mau kalah dengan adek kelasnya walaupun sangat mendadak dan mepet waktu itu dengan acara lombanya.
                Saat bu Ratna bilang, “ Serius, kurang ekspresinya kok gak kyak kemarin??”. Nata mengira klo itu sebuah instruksi untuk cwek itu karena Nata menganggap  dia disuruh untuk serius. Temen – temennya juga saat itu memanggil dia dengan sebutan serius. “Wah, apa benar dia bernama serius??”, pertanyaan yang timbul di pikiran Nata saat itu.
                Nata tak mengetahui awalnya kalau cwek itu yang bernama lengkap Serius Miliani Dwi Putri yang sering dipanggil yus oleh teman – temannya adalah seorang adek kelas yang waktu itu ruang kelasnya (X 6) berada di depan pas ruang kelas nya Nata yaitu XI IPA 1. Nata pun kaget dan tertawa dalam hati.  Saat itu pula dia mengatakan dalam hati, “Orang dia kelasnya di depan kelas ku, kok aku tidak tahu ya??”. Waktu itu pula Mili lagi duduk sambil bercanda gurau dengan temannya di lorong sempit dan pendek depan kelasnya.
                Latihan mulai kembali. Bagi Nata dia sangat menanti – nanti giliran Mili, karena dia ingin melihat ekspresi yang sangat mendalami peran dalam pembacaan puisi yang dibawakannya. Mili pun memulai gilirannya dan Nata pun terpesona untuk yang ke dua kalinya. Setelah anak kelas X sudah tampil latihan, kemudian beralih kelas XI. Nata pun tampil buat latihan, karena dia merasa kurang percaya diri, latihanya terasa kurang maksimal. Nata banyak diberi komentar oleh bu Ratna , guru bahasa Jerman.
                Lomba pun di depan mata. Rasanya campur aduk bagi setiap finalis lomba bahasa Jerman. Lomba pun dimulai, waktu itu Mili tampil. “Wah dia berbeda, lebih bagus dari saat pertama latihan.”, Nata kagum. Setelah itu disusul oleh peserta yang lain. Kemudian giliran Nata, tanpa microphone dia memulai membacakan puisi yang dipilihnya. Tetap saja begitu, tidak PD (percaya diri). Alhasil, saat pengumuman lomba yang disiarkan oleh Angger waktu itu. Mili masuk di 10 besar, sedangkan Nata tidak.





“ Audisi Garda Crew “
Waktu itu hari jumat, bertempat di kelas XI A1 diadakan pemilihan crew Garda yang bertujuan untuk melanjutkan tugas dari anggota yang lama. Banyak sekali peminat dari teman – teman kelas X yang ingin menyalonkan diri sebagai Crew Garda. Salah satu diantaranya yaitu Mili.
                Banyak sekali ujian dan deretan pertanyaan yang dilontarkan dari pengurus lama kepada calon anggota yang baru. Mulai dari perkenalan diri, alasan megapa ingin jadi crew Garda dan pertanyaan – pertanyaan yang bersifat meyakinkan juga ada pertanyaan uji bahasa Inggris.
                Setelah diuji calon anggota baru, pengumuman pun dibacakan. Semua peserta deg – degan menunggu hasilnya. Tapi yang terjadi semua lulus. Rasa gembira pun muncul di dalam hati anggota baru.
                Pemilihan kepengurusan untuk membagi ketua umum, ketua 1 dan 2, sekretaris dan bendahara. Untuk ketua dipilih dari score yang paling tinggi. Mili termasuk dari kriteria itu. Dan dia terpilih menjadi ketua.










“ OSN ^,^ “
                Mereka dipertemukan lagi pada acara OSN (Olimpiade Sains Nasional). Namun mereka tidak sebidang studi. Mili ikut dalam mata pelajaran Biologi, sedangkan Nata ikut mata pelajaran Komputer.
                Mereka diberi pelatihan sekitar dua bulan. Seru tapi sangat menguras tenaga dan pelajaran. Di sana mereka mendapat ilmu tambahan yang tidak diajarkan sebelumnya. Itu sangat istimewa.
                Cukup melelahkan bagi mereka, tapi lomba ada di depan mata. Olimpiade dilaksanakan di SMADA waktu itu. Peserta dari SMAGA dan SMA yang lain sedang registrasi ulang di lobi yang lumayan luas, berada di bawah tangga dan menghadap ke utara. Di situ juga disediakan kursi bagi tamu yang datang ke SMADA.
                Pesertapun sudah mendapatkan nomor olmpiade OSN sebelum lomba dimulai, termasuk Mili dan Nata. Peserta SMAGA saat itu berkumpul dulu di lobi dan duduk, juga ada yang sekedar membuka materi yang sebelumnya sudah mereka pelajari.
                Nata, dia sangat deg – degan saat menunggu lomba yang akan dimulai. Dia waktu itu sempet pengen buang air seni nya di toilet SMADA yang berada di bawah tangga sebelah kanan dari lobi tadi, karena terlalu khawatirnya saat mengerjakannya nanti. Dia ditemani Firman dan Dimas, temen dekatnya Nata saat ke toilet SMADA.
                Setibanya dia dari toilet, dia berjumpa kawan lamanya Rusdani, dia anak SMAGRISA yang mengikuti lomba Biologi seperti Mili. Kedua temannya tadi lebih dulu meninggalkan Nata, karena prosesi upacara pembukaan pun sudah dimulai. Untungnya Nata dengan segera menuju barisan. Barisan pun diatur kembali, dibedakan sesuai kelompok mata pelajaran.
                Upacara pun telah usai, kini waktunya bagi peserta Olimpiade OSN untuk mencari kelas yang ada nomor sesuai dengan ID card nya. Nata dan Mili pun terpisah kelasnya. Nata berada di ruang Sejarahnya SMADA sedangkan Mili berada di ruang yang sampingnya adalah ruang Guru.
                Pembagian soal pun dimulai, tapi peserta dilarang untuk membuka soal OSN. Waktu itu di kelas Nata dijaga oleh Guru SMA Katolik. Gurunya Sabar, walaupun dia mengajar di SMA Katolik dia beragama Islam.
                Waktu mengerjakan pun dimulai. Nata mengerjakan soal komputer dan Mili mengerjakan soal Biologi. Nata banyak mendapatkan soal logika, dia pun merasa lebih tenang dibanding sebelumnya saat sebelum lomba. Nata mengisi semua jawaban nya di lebar jawaban OSN. Tapi sialnya, Nata tidak tahu kalau jika soal yang dijawab salah maka -1.
                Saat itu pun dia langsung bingung ketika Ilyasah dan Indana teman nya bilang pas selesai ujian di lobi. Tapi Nata pun tetap menyerahkan bagaimanapun hasilnya kepada Allah swt, dan dia yakin kalau jawaban yang telah ia pilih lumayan banyak yang bisa.
                Waktu mengerjakan pun selesai. Semua peserta dari SMAGA termasuk mili dan Nata berkumpul di lobi depan SMADA. Banyak sekali komentar yang diucapkan teman – teman saat itu ketika sesudah mengerjakan soal.
                Saat nya pulang, namun Nata, Ilyas dan Indana kembali ke SMAGA, mereka saat itu ada ulangan Matematika nya bu Susi. Namun bu Susi tidak mengijinkan mereka mengerjakan Ulangan saat itu, karena bu Susi tahu kalau mereka habis dari lomba OSN.
                Lama sekali hasil OSN itu muncul, baru sekitar satu bulanan ada pengumuman. Bagaimana hasilnya???, awalnya Nata tidak mengetahui dan waktu itu terasa aneh ketika melihat Mili sudah berpakaian bebas. Dia duduk di pos satpam dengan membawa tas yang kelihatannya cukup berat dan banyak, ketika itu ia ditemani Irsyadi dan Ayu Andira sahabatnya.
                Pemberitahuannya terlambat. Itu yang membuat anak kelas XI tidak prepare sebelumnya dan terlalu mendadak saat berangkat ke Surabaya. Sungguh kasihan nasip kelas X, mereka telah prepare  dari pagi, tapi harus menunggu kelas XI untuk pulang dan berganti baju, juga pamit dengan orang tua mereka.
                Semua sudah siap dan traveling to Surabaya  dimulai. Yang ikut antara lain pak Widodo, pak Suwito, Irsyadi, Ayu Andira, Mili, Nata, Ilyasah dan Indriani. Mereka tentunya pemenang lomba yang berbeda bidang studi.
                Pas setelah sampai di kampus ITS. Kecewa, tentor masing – masing bidang studi pada ke luar negeri semua. Sungguh kecewa dan Besoknya Nata dan Ilyasah ulangan PKN. Nata pun belum siap sama sekali dan hasilnya REMIDI.



“ UM “
            Untuk yang sekian kalinya Nata dan Mili di pertemukan untuk berjuang bersama di UM. Pagi – pagi pun mereka berkumpul di SMAGA jam 04.30 sehabis subuh. Itu khusus bidang studi Biologi dan Komputer.
                Tepat jam 05.00 berangkat ke UM. Selama perjalanan sangat seru, tapi pada awalnya mereka ketiduran, namun pas berhenti di warung daerah pasuruan semua terbangun. Makan Pagi..”nyam nyam nyam nyam,...”.
                Perjalanan pun dimulai lagi. Di dalam mobil pak Suwito menyalakan lagu campursari. Nata dan Mili enggan untuk bicara. Hanya ilyasah yang sering ngobrol dengan pak Widodo dan pak Suwito.
                Akhirnya mereka sampai di UM, mobil langsung diparkir di halaman parkir fakultas MIPA. Hal ini pertama kalinya Nata ke UM. Di dekat mobil pak Widodo menghubungi tentor Komputer, namun beliau masih berada di daerah Batu saat itu jadi semua langsung menuju ke ruang dosen untuk bertemu tentor Biologi. Guru mereka pak Widodo dan pak Suwito berbincang - bincang dengan tentor Biologi yang berpakaian sangat rapi.
                Setelah berbincang – bincang tentang asramah dan pembelajarannya bagaimana. Mili dan temannya langsung mengikuti pembinaan Biologi bersama tentornya. Sedangkan Nata dan Ilyasah diajak keluar dulu sama pak Widodo dengan pak Suwito. Mereka awalnya menuju ke rumah pak Widodo yang berada di dekat kampus UM tapi karena keadaannya kurang memungkinkan dan kotor mereka langsung meluncur lagi.
                Sampai di Togamas yang letaknya di dekat perempatan dimana kalau ke kanan menuju ke UNMER. Tempatnya bersih dan bagus. Di situ pak widodo mencari buku buat anaknya sedangakan pak Suwito juga mencari buku untuk dirinya sendiri. Nata dan Ilyasah nihil.
                Setelah mampir ke Togamas langsung menuju ke alun – alun kota malang, di situ  Nata dan Ilyasah pergi untuk melihat ke dalam Toko. Namun, tidak ada yang mereka beli. Sehabis melihat – lihat semua bergegas ke masjid yang terletak di sebelah barat alun – alun malang untuk sholat dzuhur.
                Mereka semua setelah melakukan sholat lalu menuju ke mobil untuk meluncur ke UM lagi karena dosen nya sudah ada. Akan tetapi sebelum tiba di UM mereka mencari makan dulu di pedagang kios untuk mengisi perutnya yang keroncongan.
                Sesampainya di UM mereka langsung bertemu dengan tentor Komputer. Sedikit berbincang – bincang, lalu guru mereka pamit. Nata dan Ilyasah pun langsung diberikan bimbingan oleh tentornya.
                Sungguh rugi yang ikut komputer waktu 4 hari hanya diisi dengan 2 pertemuan saja, sedangkan Biologi lumayan banyak. Namun lumayan cukup seru juga, gara – gara tidak ada dosen Nata dan Ilyasah bisa sering keluar masuk Matos.
                Pada malam hari ke – 3, Nata bertemu dengan Mili lagi, mereka berdua dan temannya pergi ke Matos melihat – lihat suasana malam Matos. Namun Nata dan Ilyasah pergi bersama melihat audisi MISS Matos. Dari situ pula Mili dan temannya pergi untuk kembali ke Asramah.
                Pagi harinya mobil pak Suwito sudah ada di depan asramah untuk menjemput mereka. “Sungguh senang rasanya”, dalam hati Nata karena bisa kembali pulang. Kangen masakan rumah. Di perjalanan pulang pak Widodo menawarkan untuk ke Matos, namun si Mili tidak mau dan menolak. Dalam hati Nata saat itu ada rasa marah kepada Mili gara – gara tidak mampir ke Matos, karena saat itu Nata pengen beli CD nya AFGAN yang judul albumnya the One. Nata nyesel banget waktu itu tidak bisa beli CD nya AFGAN.
“ Always sent SMS for Nata “
        Nata waktu itu tidak mengetahui apa maksud tujuan Mili sering mengirim sms tentang info – info Biologi. Nata hanya merespon “ya, terimakasih atas infonya.”. cukup lama waktu itu. Seiring berjalannya waktu setelah UAN usai dia masih tetep mengirim info – info Biologi.
                Namun yang mulanya berawal dari info berupah jadi kata – kata romantis. Nata pun awalnya biasa saja. Sms itu tambah sering muncul di HP Nata, dari situ Nata mulai menanggapi sms dari Mili.
                Sms info  yang diberikan Mili kepada Nata berawal seusai Mili dan Nata telah saling mengenal dari ajang Olimpiade Sains Nasional. Hal itu berlangsung sampai Nata masuk ke kelas XII dan Mili naik ke kelas XI.
                Banyak sekali info yang diberikan Mili kepada Nata, sehingga Nata juga banyak mengetahui info – info yang sebelumnya belum dia mengerti. Mulai dari tentang dunia hewan, tumbuhan dan info mengenai kesehatan untuk manusia.
                Nata jarang sekali menanggapi info – info itu, tapi kadang sesekali membalas sms yang telah dikirimkan Mili kepada Nata. Kadang juga mereka sedikit berdiskusi mengenai ulasan sms yang dikirimkan Mili.
                Banyak sekali info yang Mili tahu tentang Nata dari kakak kelasnya, di mana dia adalah teman akrabnya Nata yang bernama Serly. Mili mengenal Serly dan akrab karena dia ikut dalam organisasi KIR. Di mana dalam organisasi itu dia sering ngobrol tentang karya ilmiahnya dia dan Serly sering curhat tentang Nata kepada Mili. Dari situlah Mili mengetahui bagaimana seorang Nata itu.
                Tema pun mulai berganti, yang tadinya hanya sekedar info Biologi belaka berubah menjadi kata – kata yang lumayan GJ (Gak Jelas). Sering mengirimkan kata – kata yang agak romantis, dan yang di tulis kebanyakan bermula dari Lagu.
                Saat itu ketika Nata membaca lirik dari lagu yang Mili kirim kepada Nata adalah simponi hitam. Nata yang tidak mengetahui kalau itu lagu dia langsung sms balik ke Mili. Mili pun menjawab, “ itu hanya lagu nya sherina “.
                “Malam sunyi ku impikan mu, ku lukiskan kita bersama, namun selalu aku bertanya aku di mimpimu,.. di hatiku terukir namamu, cinta rindu beradu satu, namun aku selalu bertanya adakah aku di hatimu,.. telah ku nyanyikan alunan – alunan senduku telah ku bisikan cerita – cerita gelapku telah keabaikan maimpi – dan ambisiku, tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu,.. bila saja kau di sisiku , kan ku beri kau segalanya, namun tak henti aku bertanya ,adakah aku di mimpimu.. telah ku nyanyikan alunan – alunan senduku telah ku bisikan cerita – cerita gelapku telah keabaikan mimpi – mimpi dan ambisiku, tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu, tak bisakah kau sedikit saja dengar aku, dengar simponiku – simponi hanya untukmu,..”
                Nata yang awalnya tidak tahu kalau itu merupakan lagu, lalu dia berfikir, “aku kok gak pernah denger lagu itu ya??”. Kemudian dia browsing dan mendownload lagunya sherina itu. Ternyata Nata suka nadanya. Dari nyanyian itu Nata sudah tahu apa yang ada di benak Mili. Tapi Nata masih ingin tahu bagaimana seorang Mili itu.
                Seringnya Nata curhat ke Angga teman karibnya, dan adek kelasnya si E dan si D tadi. Banyak masukan yang ia terima dari rekan – rekannya tadi. Nata bertekad ingin lebih mengenal kepribadian Mili.
                Mili pun masih sering mengirim sms gombal kadang romantis yang lumayan lucu kepada Nata. Tapi anehnya saat Nata balik tanya, “ Hayo untuk siapa?? “. Mili malah tidak mengaku dan dia hanya menjawab, “ Untuk orang yang ku kirimkan sms kok.”. Nata pun menjawab, “ Terima kasih.. J
“ 1st Date J
Ketika ujian nasional pun telah usai Mili masih tetap saja sms kata – kata yang lumayang GJ dan romantis kepada Nata. Nata pun fokus untuk introgasi dia. Nata tanya, “ Hayo kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih..”. Mili jawab, “ Heehee”. Nata berkata, “ Ungkapin aja sama orangnya!! “. Mili jawab, “enggak ah, malu..”. Nata menegaskan, “hmmm.., nanti nyesel loh kalau orangnya sudah punya pacar dulu. Cepetan tembak dia.”. Mili bingung, “ Urgghh”.
                Nata tahu, kalau Mili sebenarnya suka dengan Nata. Tepat pada larut malam pada tanggal 31 Mei 2011 sms pun berlanjut. Kemudian sampai di sekitar pukul 23.30. Nata pun pengen ngomong via sms. Awalnya dia malu, walaupun tidak secara langsung ketemu. Namun dengan keyakinannya dia lalu dia memberanikan dirinya untuk menyatakan cinta ke Mili.
                Mili yang mungkin kaget dengan kata – kata yang telah dilontarkan ke Mili melalui via sms. Mili lumayang lama bales sms Nata. Terus Nata sms Mili lagi, “ Hallo, sudah tidurkah? “. Lalu Mili balas sms Nata, “ Kak, kalau benar.. aku pengen diungkapin langsung”. Nata pun dengan janjinya akan menyatakan ulang secara langsung di kemudian hari. Namun janjinya meleset. Dia tidak bisa datang saat itu karena ada suatu hal. Tapi 3 hari setelah dia nembak via sms, Nata mengajak Mili untuk keluar. Meraka janjian jam 3 sore. Nata pun menjemput Mili ke rumahnya. Mili sudah bersiap – siap dengan mengenakan kerudung ungu dan baju serba ungu, sedangkan Nata karena suka dengan warna biru, dia pakai kemeja berwarna biru.
                Sungguh payah, Mili ijinnya mau belajar padahal ngedate dengan Nata untuk pertama kalinya. Mili yang membawa tas dan di situ terdapat buku Biologi Nata yang maunya Mili ingin mengasihkan lagi ke Nata karena dia sudah membacanya. Tapi Nata menyuruh Mili untuk menyimpannya.
                Mereka tiba di Anaconda dan memesan es sesuai dengan kesukaannya. Mili terlihat sangat malu saat duduk disamping kiri Nata. Nata juga terlihat lumayang GJ saat itu. Tak ada topik yang dapat diomongkan. Untungnya ada TV nyala. Nata pun mulai ngobrol dengan Mili. Saat itu acara televisi tenang pengetahuan yang ada di chanel Trans7.
                Sampil menyelam minum air hal itu terjadi saat Nata dan Mili saat Makan es diselingi dengan ngobrol tentang SMAGA, Biologi, dll. Terlalu ilmiah bahasnya. Maklum mungkin akibat dari jurusannya kali sama – sama IPA. Acara ngedatenya kelar dan pulang.




“ city Garden “
Alun - Alun Kota
# di setiap sudutnya ada mozaik antara aku dengannya
# di setiap sudutnya ada pecahan kenangan aku bersamanya
# dan di setiap sudutnya ada puzzle yang apabila terangkai akan membentuk senyum aku dan senyumnya

:) Mili n' Nata
        Pertemuan Mili dan Nata for the 2nd date in city garden. Nata meminta Mili untuk mengajak dia jogging. Setiap hari minggu diadakan car free day di mana mobil dan motor tidak boleh melewati kawasan jalan alun – alun kota, mulai dari alun – alun selatan, timur, utara, dan barat.
                Nata dan Mili janjan jam 05.30, suasana yang dingin saat itu sinarnya mulai menerangi atmosfir yang hitam. Mili dan Nata bertemu di pertigaan di sekitar Majid. Gembira adalah kata yang pertama muncul di benak mereka.
                Dengan sepeda birunya Mili tiba di city garden. Nata pun gak sabar untuk ketemu Mili. Sebelumnya mereka sms untuk menentukan tempat bertemu. Nata dan Mili kemudian menitipkan sepeda Mili di halaman parkir tenis.
                Jogging pun dimulai, namun yang awalnya semangat berubah menjadi tersendak – sendak. Capek pun tiba menghampiri Mili di sepruh perjalanan. Nata tetap ngajak Mili untuk tetap lari. Sesudah sampai 1,5 putaran, Nata pun capek dan akhirnya mereka istirahat bareng di depan lapangan tenis.
                Walaupun capek menerjang tapi mereka sangat senang, karena bisa bertemu bareng dan ngobrol.  Tiba – tiba perut Nata berdering. Nata pun ngajak Mili untuk cari makanan yang mau disantap.  Mereka menyelusuri jalan dari parkir tenis menuju ke arah jam 9 kemudian belok ke kiri mengitari jalan alun – alun timur dan sampai di pertigaan. Di dekat SMP Katolik terdapat banyak sekali pedagang yang berjualan beraneka ragam makanan.
                Nata tanya ke Mili, “Mau beli apa?”.Mili jawab, “ aku gak beli kak!”. “loh kenapa? Kamu kan belum makan,..” tanya Nata. “Males ngunyah.”, Jawab Mili. “Beli roti ya??” , tawar Nata. Setelah Nata beli roti bakar, yang tadinya mau dimakan bareng, malah Mili tidak mau makan. Dia hanya ingin beli air mineral.
                Roti pun dihabiskan sendiri sama Nata gara – gara Mili tidak mau makan karena alasan males ngunyah. Kemudian selesai makan roti, Nata dan Mili menuju ke alun – alun. Sangking galaunya sampai – sampai tidak tahu mau stop  di mana. Mereka muter – muter mengelilingi jalan trotoar sempit yang berwarna merah muda di dalam city garden. Mili yang sangat haus saat itu, dia minta Nata untuk pergi ke penjual minuman yang terletak di dekat taman kesehatan.
                Nata pun beli minum bersama Mili. Setelah membeli minuman kemudian mereka menuju ke taman kesehatan. Di sana mereka hanya sekedar lewat dan sampai di depan gedung Soedjono. Mili dan Nata pun duduk dan ngobrol.  Lumayan lama ngobrolnya, saat itu ada keluarga yang beranggotakan catur warga. Nata pun memandangi sepatu ayah dari keluarga tadi. Pas melihat 42 di sepatu bapak itu dalam hati Nata pun tertawa. “baru beli nie kayak e.”, ucap Nata dalam hatinya.


“ Kura - Kura “
        Waktu itu, sehabis Mili usai dari Malang, dia membelikan boneka kura – kura untuk Nata. Nata yang hanya bercanda minta ke Mili oleh – oleh. Tiba – tiba dibelikan saja tuh boneka. Bentuknya Kura – Kura.
                Dari boneka itu panggilan Kura – Kura pun muncul dari Mili untuk Nata. Kura – kura itu terbungkus kotak kado yang berbentuk balok, berwarna cream, dan terdapat hiasan di mana terdapat corak kupu – kupu, hati dan bunga, dan kotak kado pun terdapat pita biru.
                Saat itu pula buku biologi Nata pun dikembalikan oleh Mili terbungkus oleh tas OSN yang sama dengan milik Nata. Kebalinya buku itu ke Nata setelah mereka sudah usai makan mie popeye yang dekat dengan kampus STKIP.
                Saat makan bareng, mereka sempat ngobrol tentang biologi. Waktu itu Nata juga pinjam buku ANFIS milik Mili. Mereka share  bareng tentang ANFIS. Sehabis mereka makan di warung mie popeye lalu mereka pulang. Cuaca juga kurang mendukung mendung dan rasanya langit pun pingin cepat – cepat meneteskan air matanya ke permukaan bumi Lumajang.
                Saat itu pas hari minggu siang. Mili dan Nata pun pulang ke rumah Mili untuk ngantar Mili. Sesampai di rumah Mili, Nata pun disuruh bawa tas OSN tadi. Nata tidak tahu tadinya klo di tas itu terdapat kado mungil dari Mili “kura – kura”. Pas di rumah saudaranya Nata membuka tas Mili dan dia mendapat kado dari Mili. Sempat Mili menuliskan surat untuk Nata.  
“Kak Jimmy mirip ma kura” nhe
Sederhana,
Tapi berkesan
Biasa z,
Tapi sangat spesial,
Aku menyukai jiwa sederhana mu,
Dan raga yang membungkus kesederhanaan itu”
^,^







“ Song for Nata “
                Seusai Mili pulang sekolah, dia menyempatkan dirinya ke perpus. Sebelumnya Mili dan Nata sudah janjian. Pada pertemuan ini Mili menepati janjinya saat dulu pas bersepeda ke daerah barat Lumajang.
Pas di gubuk di sekitar daerah rumah pak Joyo, Mili dan Nata pun nembusin janjinya Mili yang akan buatin Nata lirik lagu. Tapi pas di perpus Nata pun diberi secercik kertas yang berisi sebait kata seperti puisi. Nata pun kecewa dan dia suruh Mili buatlagi sebuah lagu. Muncullah Bintang, dia menulis lagu tentang kura – kura.
Bintang – bintang
Bintang kura – kura ku
Teranglah engkau dalam sudut hatiku
Pijarlah engkau dalam ruang hatiku
Bintang – bintang
Bintang kura – kura ku
Bicaralah engkau dalam kilau sinarmu
Agar perempuan ini tak lagi berkabung
Oh bintang
Akankah enkau tahu
Bagaimana keadaannya
Merintih mencerca sepi
Bintang, bersinarlah engkau
Bintang, berpijarlah engkau
Oh bintang
Akankah enkau tahu
Bagaimana keadaannya
Merintih mencerca sepi
                Mili dengan marahnya dia memberikan lagu itu kepada Nata. Dia langsung bergegas pulang. Sebelumnya Nata pun menarik tangan Mili saat dia bergegas pulang. Dia marah karena karya yang pertamanya tidak Nata terima dan mungin dia sangat capek saat itu karena dia usai dari sekolahnya.
                Mili pun butuh untuk menenangkan dirinya. Nata membiarkan Mili pergi begitu saja, karena Nata tahu dia butuh ketenangan untuk meredahkan gejolak kemarahannya di hati Mili.
                Dari peristiwa itu Mili pun tidak sms Nata sampai menjelang malam. Nata pun berusaha minta maaf ke Mili, awalnya Mili tidak jawab sms Nata. Namun, ketika Nata bilang dia tidak akan makan kalau tidak dimaafkan oleh Mili. Mili langsung membalas sms Nata. Akhirnya berdamai.








” Wisata Kuliner “
                Pas itu lagi Ultahnya Nata. Mili, dia ngajak Nata untuk wisata kuliner. Hari minggu juga saat itu, Mili yang masih mengerjakan tugas Axel dan dikumpulkan lewat email saat itu. Dia mengerjakan di warnet SK.
                Nata waktu itu masih di rumah sepupunya. Dia lagi main dengan sepupunya, Galuh. Sebelumnya dia sudah janjian kalau jam 9 pagi akan pergi bareng.
                Waktu itu Nata pun sms Mili, “ dek, di mana? “. Jawab Mili,” di SK net kak,langsung ke sini ae.”. “iya dek.” Jawab Nata. Nata pun pergi ke SK net. Namun pas di SK, Nata ngiranya kalau SK net tu di atas SK store tapi ternyata di sebelahnya SK cafe. Nata dengan enaknya tanpa tanya ke satpam SK langsung masuk ke dalam gerbang yang lumayan lebar dan mau ke atas. Apa yang terjadi, belum masuk dia ditanyai sama satpam SK, “ Mas, mau ke mana? “. “ ke SK net Pak.”. “ Loh . bukan disini Mas, tapi di sebelah kiri.”. “Ohhhh,,”, jawab Nata dengan malu.
                 Nata pun pergi ke SK net. Mili dengan seriusnya sedang mengerjakan tugas bersama Irsyadi sejak sejam yang lalu. Pas Mili minta bantuan ke Nata tentang tugasnya tu, duh Nata pun juga bingung, Dia kurang ngerti tentang Exel. Tugas pun akhirnya selesai gara – gara Irsyadi sudah ngerjakan tugasnya dan Mili pun copy paste.
                Waktunya go to wisata kuliner. Pengennya bersepeda dulu. Berhenti sejenak buat mikir makan di mana. Akhirnya Nata minta makan di Pujasera depan kampus Akper. Sampai tuh mereka di Pujasera.
                Di sana Mili dan Nata pun masih saja debat tentang makan. Mili tidak mau nasi, tapi Nata justru sebaliknya. Nata pun berfikir kalu waktu sudah siang. Terus mengajak untuk makan nasi saja. Akhirnya deal nasi. Setelah itu pesen Nasi dan minumnya capucino.
                Mereka pun sudah makan, kemudian bergegas ke masjid untuk sholat dzuhur. Setelah sholat pun kelar, mereka bersepeda lagi tanpa tujuan entah itu belok kiri, belok kanan, atau lurus saja tanpa henti. Mereka terus menggayuh sepeda ke depan menuju taman toga.
                Tiba – tiba ide pun muncul di benak Mili. Dia minta bersepeda ke jalan lintas timur dan biasa disebut JLT. Mereka pun berbelok ke arah kanan menuju Sukodono. Pas sampai di bersimpangan jalan dekat PLN Sukodono, mereka pun berbelok ke arah JLT menuju ke daerah Selokgondang.
                Di daerah Selokgondang pun mereka berhenti sejenak dan sedikit menyempatkan diri untuk melihat kerbau dari dekat. Nata yang belum pernah melihat kerbau dengan kondisi real. Pas di jalan yang berbelok Nata dan Mili pun berhenti untuk ke dua kalinya. Nata yang dulunya pernah main baling – baling dari daun singkong, dia pun bernostalgia lagi ke masa kecilnya dengan Mili kekasihnya itu. Indah rasanya.
                Mili dan Nata pun lanjut ke perjalanan. Mereka terus saja mengikuti jejak sepanjang jalan menuju JLT. Panas yang terik pun mulai terasa, tapi mereka pun tetap saja mengayuh sepeda. Sampai di persimpangan lampu merah, Mili dan Nata pun belok ke arah kanan menuju arah selatan. JLT pun sudah di depan mata. Mereka menikmati indahnya kehijauan dan merasakan angin yang menyapa mereka. Mili pun saat itu mengajak Nata balap sepeda.
                Sampai di persimpangan ke dua JLT dari utara. Mereka belok ke arah UNILU menuju samsat dan melintasi rumah Erwin saat itu. Sampai di jalan raya menuju ke selatan. Singgah sebentar di Sriratu beli es kream karena Mili dan Nata haus. Mereka lanjut perjalanan lagi, sampai di Adipura menuju Anaconda terus sampai di persimpangan belok ke kiri. Mili dan Nata akhirnya berpisah di persimpangan Pendopo. Mili belok ke selatan dan Nata terus saja.


” Like Milli & Nathan “
            Ceritanya hampir sama, berawal dari masa SMU keduanya dipertemukan. Milli dan Nathan mereka sekelas. Milli dan Nathan saling suka dari SMU di Bandung. Nathan suka membantu Milli belajar, Milli dengan segala kelucuannya bisa mencairkan kekakuan Nathan. Mereka pun pacaran. Sampai lulus SMU, Nathan masuk ke universitas impiannya di Jakarta. Milli tetap di Bandung. Nathan memutuskan hubungan karena ingin konsentrasi dengan kuliahnya. Milli sebaliknya, tidak suka kuliah, Milli mau jadi penulis novel. Mereka masih saling merindukan. Sampai Milli akhirnya benar-benar berhenti kuliah dan menulis buku
Dalam kunjungan Milli ke Jakarta, dia bertemu Nathan lagi. Mereka saling melepaskan kerinduan seperti layaknya orang pacaran. Milli pulang ke Bandung dengan percaya bahwa mereka jadian lagi. Padahal Nathan tidak menganggapnya demikian. Milli kecewa. Peluncuran novel pertamanya, Milli sudah didampingi pacar baru. Nathan muncul lagi dan menyatakan penyesalannya, minta Milli kembali jadi pacarnya lagi. Milli marah. Menurut Milli, Nathan sudah seenaknya datang dan pergi dalam hidupnya. Milli tidak menerima Nathan
Nathan pulang ke Jakarta dan berhasil lulus. Milli kembali sibuk dengan novel keduanya. Milli kemudian putus dengan pacarnya. Nathan kembali ke Bandung. Mereka berhubungan lagi, tetap dalam ketidakjelasan sebuah komitmen. Hingga Nathan memberi kabar bahwa dia akan menikah… dengan wanita lain dan akan pindah ke Jakarta. Milli kaget. Kecewa dan marah
Hidup berlanjut. Milli menghapus Nathan dari hidupnya. Hingga akhirnya Milli tahu bahwa Nathan tak pernah benar-benar meninggalkannya.
Cerita yang sebenarnya untuk tokoh Mili dan Nata ini memang ada sedikit mirip dengan cerita tokoh di atas. Mili, dia pandai sekali mengolah kata. Nata lumayan kaku dalam segi karakteristik. Kalau Nata bener – bener masuk ke jurusan Arsitektur, mungkin ceritanya lebih mirip lagi. Allah menakdirkan lain, untuk Nata ini memang dulu bercita – cita jadi seorang Arsitek tapi karena sudah dituntun oleh tuhan kalu dia dijadikan jadi seorang perawat bukan seorang Arsitek.
Sedangkan Mili, dia sekarang masih mencoba untuk lolos ke Kedokteran Unair. Semoga cita – citanya tercapai. “ do for i love and love for i do” dikutip dari cerita Milli dan Nathan.






“ Study together “
                Untuk ke 6 kalinya bertemu bagi Mili dan Nata. Mereka belajar bersama di perpustakaan umum lumajang di sebelah alun – alun barat yang tepatnya di selatan pas berdempetan dengan kantor bank Jatim. Jam 10.00 mereka sepakat untuk ketemuan di perpustakaan, tapi Nata tidak tepat waktu karena dia harus ngantar adik dulu ke rumah saudaranya di belakang pemda itu.
                Nata pun sampai. Mili yang sedang menunggu Nata dengan galaunya sedang membaca sebuah buku kimia SMA. Kemudian Nata pun nyapa dan meminta maaf kepada Mili. Mereka pun akhirnya belajar bareng dan pas itu pelajaran KIMIA. Mili sempet tanya – tanya ke Nata tentang pelajaran KIMIA.
                Tidak terasa sudah waktunya dzuhur, mereka langsung bergegas ke masjid Agung yang berada di utara perpustakaan setelah bank Jatim. Hanya Mili saja yang sholat karena waktu itu Nata sedang pakek celana pendek dan tidak bawa sarung. Pas di masjid, Nata sempet melihat orang yang berdagang bubur kacang ijo. Dia waktu itu pingin banget makan bubur kacang ijo. Dia pun menunggu Mili selesai sholat karena Nata mau makan bareng sama Mili. Mili pun selesai, tapi saat Nata menoleh ke arah tukang bubur yang tadi ternyata sudah hilang. Dia pergi tanpa menghilangkan jejak. Nata pun kecewa.
                Mereka karena tidak jadi makan bubur lalu kembali ke perpustakaan. Sampai di perpustakaan, tepatnya di gerbang. Mili dan Nata bertemu dengan saudaranya Nata yang mengunjungi perpustakaan juga. Nata pun sempet tertawa walaupun dengan ekspresi sinis. Nata pun takut kalau pas pulang nanti diejek sama adiknya.
                Nata dan Mili masuk ke perpustakaan setelah bertemu saudara Nata. Kemudian ngambil tas dan pulang.

“ when Nata said the word “
                Ketika itu sehabis Nata membuka kembali ingatannya tentang Milli dan Nata karena Mili minta diceritain film itu. Nata pun menceritakan film itu ke Mili karena di ceritanya Milli itu tetap berinisiatif untuk menjadi penulis Nathan pun meminta Milli untuk tunjukkan tulisan Milli.
                Milli meminta Nathan untuk sebutin satu kata. Lalu Nathan pun menyebut kata kopi. Milli dengan santainya menulis di tisue yang tersimpan di dalam tasnya. Dia pun menulis.
                Cinta itu seperti kopi panas
Paling enak diminum saat panas
Tapi resikonya jadi cepat habis
biar gak cepat habis ya diminumnya pelan – pelan
tapi resikonya jadi keburu dingin.
Nathan pun sms Milli tentang langit. Lalu Milli balas sms Nathan di waktu kuliah berlangsung.
  Setelah matahari, setelah langit
  benda yang berwarna cerah
 adalah harapan
Nata pun meniru gayanya Nathan. Dia menyebut kata kopi kepada Mili. Dia meminta Mili untuk mengarang, waktu itu Mili kurang faham. Namun setelah Nata kasih contoh Mili pun mengerti. Dia pun balas sms Nata.
Cinta itu seperti kopi, terasa pahit saat melihatmu diam saja, saat kamu enggan untuk bicara, saat kamu bilang sakit, saat mengetahui temanmu bilang Hun padamu...
Tapi juga terasa manis, seperti saat bertemu kamu, saat melihatmu tersenyum, saat melihatmu baik – baik saja, saat menyaksikanmu bisa tertawa lepas
Terasa pahit saja gak enak, menyebalkan, manis saja juga gak enak, membosankan, campuran ke duanya justru jauh lebih enak like a coffee J   # Mili , Lumajang 21 Januari 2012.
Nata pun mengirim kata Salju ke Mili, kemudian Mili pun balas sms Nata.
Seputih salju yang jatuh tanpa dos dari kolong langit begitu suci, aku berharap di dalam hati cintamu untuk ku seputih dan sesuci salju, tidak akan ternoda oleh suatu apapun #Mili , Lumajang 21 januari 2012.





Penutup
Demikianlah sedikit dari banyaknya cerita yang penulis tulis dari kisah Mili n’ Nata. Penulis berharap cerita Mili n’ Nata bisa menginspirasi kaum remaja yang suka banget dengan masalah percintaan. Penulis ingin cinta yang  terjalin tidak kandas ditiup angin dan tidak abrasi digerus oleh ombak. Penulis hanya ingin cinta yang terjalin tu seperti kuku, di mana walaupun kecil, dalam keadaan hidup atau mati selalu tumbuh dan tidak pernah berhenti.




Doa sang juara By : Andy Febrian



 Suatu ketika seorang anak sedang mengikuti lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, karena saat itu adalah babak final. Pada perlombaan itu hanya tinggal tersisa empat orang, dan mereka masing-masing memamerkan mobil mainan yang dimilikinya. Semua mainan mobil balap itu adalah buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Andi, mobilnya tidak terlalu begitu istimewa, namun ia termasuk ke dalam empat anak yang masuki final. Di banding semua lawannya, mobil Andi adalah yang paling tidak sempurna. Beberapa anak menyaksikan kekuatan mobil itu, untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang mobil si Andi memang tidak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana, dan sedikit lampu yang berkedip di atasnya tentu tidak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Andi bangga dengan itu semua, karena mobil itu buatan tangannya sendiri. Tibalah saat yang dinantikan, kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak bersiap-siap di garis start untuk mendorong mobil mereka sekencang-kencangnya. Di setiap jalur lintasan, telah siap empat mobil dengan empat pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan jalur terpisah diantaranya. Namun sesaat kemudian, Andi meminta waktu sebentar sebelum lomba di mulai. Ia tampak berkomat kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang tertampuh memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”. [Duarr...] Tanda telah di mulai. Dengan hentakan yang kuat, mereka mulai mendorong mobilnya masing-masing dengan kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak soraya, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo, ayo, ayo! Cepat! Cepat! Maju maju maju! Ayo..!!!”, begitu teriak mereka. Dan ternyata, Andi lah pemenangnya. Yah.., semuanya senang. Begitu juga dengan Andi. Ia berucap, dan berkomat kamit lagi dalam hati, “Terima kasih Tuhan..”. Saat pembagian piala tiba, Andi maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia itu bertanya, “Hey jagoan, kamu tadi pasti berdoa kepada Tuhan, agar kamu bisa menang kan?!?”. Andi terdiam, “Bukan Pak, bukan itu yang aku panjatkan. Sepertinya tidak adil untuk meminta kepada Tuhan untuk menolong saya agar mengalahkan orang lain. Tetapi tadi, saya hanya memohon kepada Tuhan supaya saya tidak menangis jika saya kalah”. Semua hadirin terdiam mendengar hal itu. Setelah beberapa saat, terdengar gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan. Begitulah cerita inspiratif tentang doa sang juara. Mungkin telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan, untuk mengabulkan permintaan kita, menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Padahal, yang kita butuhkan adalah bimbinganNya, tuntunanNya, dan panduanNya. Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat, kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tidak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui?! Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng, dan mudah menyerah. Karena itu semua adalah ujian Tuhan kepada setiap hambanya yang sholeh. Dan yang perlu di sadari & di ingat kembali, bahwa Tuhan menyayangi & mencintai setiap hambaNya. Picture source : thedailystar



link facebook

FREE BLOGGER TEMPLATE

nIE LOh facebok nya sI JiMMy

kamusnya jimmy :)